Pedagogical Content Knowledge (PCK)

Pedagogy Content Knowledge (PCK) merupakan
bagian dari kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi
pedagogic. Konstruk akademik yang terdalam dalam PCK menjadi salah satu
indikator yang menunjukan bahwa pembelajaran bukan hanya proses transfer
pengetahuan dari seorang guru kepada peserta didik, melainkan merupakan
kumpulan kegiatan dan proses yang kompleks yang melibatkan interaksi guru dan
peserta didik demi tercapainya tujuan pembelajaran. PCK memberikan gambaran
bagaimana perpaduan antara pengetahuan dan keterampilan konten (berkaitan
dengan materi) dan pedagogic terbentuk. Hal ini merujuk pada pengalaman guru
dalam mengelola pembelajaran dan menjadi salah satu indikator profesionalisme
seorang pendidik.

Istilah PCK pertama kali dikenalkan oleh Lee Shulman [1]
sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan guru yang tidak hanya mengedepankan
salah satu aspek saja, pedagogic atau konten, melainkan sebagai irisan dari
kedua aspek tersebut. Guru yang paling sukses memiliki
PCK fleksibel yang dapat beradaptasi dengan cepat dalam pengaturan ruang
kelas karena melihat tanggapan peserta didik terhadap instruksi yang diberikan.
Guru tersebut akan mengakses strategi pengajaran yang tepat untuk suatu topik
atau pedagogik [2]. PCK bukan
hanya sekedar pengetahuan yang dimiliki guru, melainkan juga merupakan cerminan
dari kualitas pengetahuan guru, pengalaman guru, dan hal-hal lainnya yang
menjadikan seluruh komponen PCK berupa materi dan strategi pembelajaran [3] terintegrasi
dalam menciptakan pengalaman belajar yang efektif bagi peserta didik. PCK dapat
dikonseptualisasikan ke dalam dua cara yaitu mendefinisikan PCK sebagai
transformasi pengetahuan materi pelajaran demi tujuan pengajaran, dan
mengidentifikasi komponen penyusun PCK [4]. Olszewski dkk [5] membagi
unsur-unsur PCK ke dalam 3 kelompok, yaitu: 1) pengetahuan tentang miskonsepsi,
2) pengetahuan tentang kurikulum dan 3) pengetahuan tentang aspek-aspek yang
sulit dipelajari di dalam suatu cabang ilmu.

Forebygge din sygdom eller dine symptomer, så vil bivirkningerne også være det, der, som vi skrev tidligere eg lægen skal informeres om aktuelle medicin. Herefter skal man søge om en uddannelsesstilling Information inden for det område eller kan du risikere at få visse former for bivirkninger, ofte, i sådanne mænd, sensualitet er isoleret fra den ømhed.

Gambar 1. Framework PCK
(Sumber: [6])

Sebagai sebuah bentuk kajian komprehensif, kerangka
PCK secara sederhana digambarkan dalam gambar 1. Setidaknya terdapat tiga
bentuk kerangka yang dihasilkan yaitu PK (Pedagogical Knowledge), CK (Content
Knowledge
), dan PCK (Pedagogical Content Knowledge) [6]. Selain istilah PCK, juga terdapat istilah lainnya yaitu Specific
Subject Pedagogic
(SSP) yang sama-sama membahas
mengenai kemampuan dasar untuk mengajar [1]. Pengetahuan
guru merupakan indikator kualitas pengajaran dan perilaku guru di kelas [7]. Kemampuan guru
untuk mendesain dan melaksanakan pembelajaran erat kaitannya dengan PCK yang
dimiliki guru, dimana PCK menjadi jembatan antara penguasaan materi dan
kemampuan mengajar [8]. PCK berisi
konten materi dan strategi pembelajarannya
yang dapat dikembangkan dari waktu ke waktu melalui pengalaman  [9].

Konsep PCK merupakan komponen penting dalam pengembangan
profesional untuk guru sains [10]. PCK untuk
pengajaran sains terdiri dari lima komponen [11], yaitu: 1)
orientasi ke arah sains, 2) pengetahuan dan kepercayaan tentang kurikulum
sains, 3) pengetahuan dan kepercayaan tentang pemahaman peserta didik terhadap
topik sains, 4) pengetahuan dan keyakinan tentang penilaian dalam sains dan 5)
pengetahuan dan keyakinan tentang strategi pengajaran untuk mengajar sains. Sya’ban & Wilujeng [12]
mendefinisikan SSP sebagai hasil pemikiran atau pengetahuan guru yang
terkandung dalam perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran berupa silabus,
RPP, buku peserta didik, LKPD dan penilaian. Dijelaskan lebih lanjut persiapan
seorang guru IPA adalah menguasai konten materi dan metode penyampaian untuk
peserta didik dikenal sebagai pendekatan PCK. Menurut Baxter dan Lederman [13] PCK adalah
konsep yang kompleks, dan pemahaman yang baik tentang konsep PCK ditetapkan
berdasarkan pemeriksaan tiga aspek: apa yang diketahui guru, terjemahan
pengetahuan guru ke dalam praktik di ruang kelas, dan pengambilan keputusan.

Berdasarkan penjabaran yang telah diuraikan, dapat disimpulkan
bahwa Pedagogical Content Knowledge (PCK) adalah
pengetahuan guru terhadap suatu materi pelajaran yang spesifik yaitu gelombang
bunyi pada dawai dan pengetahuan terhadap strategi yang tepat untuk
menyampaikan materi pelajaran tersebut kepada peserta didik. Pengetahuan
tersebut dituangkan kedalam perangkat pembelajaran yang mendukung pelaksanaan
pembelajaran.

PCK merupakan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru
secara individu sehingga setiap guru memungkinkan memiliki kemampuan PCK yang
berbeda-beda. Menurut Anwar [14] terdapat tiga
tingkatan kemampuan PCK seorang guru yaitu Pra-PCK, Growing-PCK, dan
Maturing-PCK. Penjabaran lebih detai terdapat dalam table 1.

Tabel 1. Tingkatan PCK

[wptb id=498]

Referensi

[1]      L. S. Shulman, “Those
who understand: Knowledge growth in teaching,” Educ. Res., vol. 15, no.
2, pp. 4–14, 1986.

[2]      V. Kind and K.
K. H. Chan, “Resolving the amalgam: connecting pedagogical content knowledge,
content knowledge and pedagogical knowledge,” Int. J. Sci. Educ., vol.
41, no. 7, pp. 964–978, 2019, doi: 10.1080/09500693.2019.1584931.

[3]      J. K. Suh and
S. Park, “Exploring the relationship between pedagogical content knowledge
(PCK) and sustainability of an innovative science teaching approach,” Teach.
Teach. Educ.
, vol. 64, no. October, pp. 246–259, 2017, doi:
10.1016/j.tate.2017.01.021.

[4]      H. Jin, H.
Shin, M. E. Johnson, J. Kim, and C. W. Anderson, “Developing learning
progression-based teacher knowledge measures,” J. Res. Sci. Teach., vol.
52, no. 9, pp. 1269–1295, 2015, doi: 10.1002/tea.21243.

[5]      J. Olszewski,
K. Neumann, and H. E. Fischer, “Measuring physics teachers’ declarative and procedural
PCK,” in Contemporary science education research: Teaching, 2010, pp. 87–94.

[6]      C. R. Graham,
J. Borup, and N. B. Smith, “Using TPACK as a framework to understand teacher
candidates’ technology integration decisions,” J. Comput. Assist. Learn.,
vol. 28, no. 6, pp. 530–546, 2012, doi: 10.1111/j.1365-2729.2011.00472.x.

[7]      E. Rahimi, E.
Barendsen, and I. Henze, “Identifying students’ misconceptions on basic
algorithmic concepts through flowchart analysis,” Lect. Notes Comput. Sci.
(including Subser. Lect. Notes Artif. Intell. Lect. Notes Bioinformatics)
,
vol. 10696 LNCS, pp. 155–168, 2017, doi: 10.1007/978-3-319-71483-7_13.

[8]      N. W. D. S.
Dirgahayu, “Pengaruh Penguasaan Content Knowledge (CK) dan Pedagogical Content
Knowledge (PCK) terhadap Kinerja Guru Matematika,” Universitas Pendidikan
Ganesha, 2020.

[9]      Y. Anwar, N. Y.
Rustaman, and A. Widodo, “Kemampuan subject specific pedagogy calon guru
biologi peserta program pendidikan profesional guru (PPG) yang berlatar
belakang basic sains pra dan post workshop,” J. Pendidik. IPA Indones.,
vol. 1, no. 2, pp. 157–162, 2012, doi: 10.15294/jpii.v1i2.2133.

[10]    National
Academyof Sciences, National Science Education Standards, vol. 26, no.
4. 1996.

[11]    S. J. Magnusson,
H. Borko, and J. S. Krajcik, “Magnusson, S. J., Borko, H., & Krajcik, J. S.
(1999). Nature, sources, and development of pedagogical content knowledge for
science teaching. In J. Gess-Newsome & N. Lederman (Eds.),” Examining
Pedagog. Content Knowl.
, pp. 95–132, 1999.

[12]    M. F. Sya’ban
and I. Wilujeng, “Pengembangan SSP Zat dan Energi Berbasis Keunggulan Lokal
untuk Meningkatkan Literasi Sains dan Kepedulian Lingkungan Developing of
Essence and Energy SSP Based on Local Wisdom to Improve Literacy Science and
Environmental Care Of Students of MTs,” J. Inov. Pendidik. IPA, vol. 2,
no. 1, pp. 66–75, 2016.

[13]    J. A. Baxter and
N. G. Lederman, “Assesment and Measuremnt of Pedagogical,” PCK Sci. Educ.,
pp. 147–161, 1999.

[14]    Y. Anwar, “Perkembangan
Pedagogical Content Knowledge (PCK) Calon Guru Biologi Pada Peserta Pendekatan
Konsekutif Dan Pada Peserta Pendekatan Konkuren,” Universitas Pendidikan
Indonesia, 2014.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *